- Back to Home »
- ARSITEKTUR ISLAM: THE LEGEND OF DIVINE BEAUTY
Posted by : Unknown
Rabu, 11 Maret 2015
ARSITEKTUR ISLAM: THE LEGEND OF DIVINE BEAUTY
Dalam
postingan kali ini aku akan membahas gaya2 arsitektur Islam.
Gara-garanya pas aku backpacking ke Jatim, aku melihat ada banyak banget
masjid2 bagus di sana (ada yang mirip Capitol Hill juga). Akupun
langsung iseng2 pengen mempelajari arsitektur Islam. Pasti kalian
berpikir, ngapain nih orang Katolik bikin postingan tentang Islam segala
hahaha. Well, pertama aku adalah pemerhati arsitektur (cailah
istilahnya). Kedua, aku udah pernah menulis tentang gaya arsitektur
gereja, meliputi Gothic dan Baroque. Pastinya aku nggak ngerasa afdol
kalo belum membahas gaya arsitektur Islam. Ketiga, buat ngisi2 blog lah
biar nggak kosong melompong pas aku nggak ada jadwal backpacking.
Ngomongin
ciri khas gaya arsitektur Islam, hal pertama yang terlintas pasti kubah
masjid. Hmm…aslinya nggak gitu2 juga. Pada awal kemunculan Islam,
masjid ternyata belum berkubah. Masjid berkubah pertama yang dibangun
adalah Dome of Rock pada 691 M yang dibangun menyerupai Gereja Makam
Suci (Church of Holy Sepulchure) di Yerusalem. Kemudian pada tahun 705
M, gereja berkubah yang bernama Basilika St. Yohanes Pembaptis di
Damascus dialihfungsikan menjadi Masjid Agung Damascus. Gara2 pengaruh
dua bangunan itulah, kaum Muslim kemudian mulai tertarik menerapkan
kubah menjadi ciri khas arsitektur mereka. Penggunaan kubah sendiri juga
bukan asli kreasi orang Kristen, melainkan adopsi gaya arsitektur
kuil-kuil Romawi.
Nah, gaya
arsitektur Islam berkembang dari masa ke masa. Gaya arsitektur Islam
juga nggak segan2 mengadopsi gaya-gaya arsitektur lain, misalnya gaya
arsitektur kaum Zoroaster di Persia (sekarang Iran) hingga gaya
arsitektur gereja2 Kristen. Namun umumnya dekorasi dan interior bangunan
tetaplah harus bernafaskan Islam, misalnya banyak digunakannya motif
floral dan geometris karena adanya larangan penggunaan figur manusia dan
hewan dalam ajaran Islam. Ciri khas lain tentu saja motif kaligrafi
berisikan ayat2 suci Al-Quran. Ada pula “muqarnas”, yaitu hiasan pada
langit-langit yang berbentuk sarang tawon. Dekorasi ini hanya ada pada
arsitektur Islam.
Secara
garis besar, arsitektur Islam terbagi menjadi 4 gaya yang terkenal,
yaitu gaya Moorish (berpusat di Spanyol), gaya Ottoman (berpusat di
Turki dan Mesir), gaya Persia (berpusat di Iran dan semenanjung Arab),
dan gaya Mughal (berpusat di India). Ada juga gaya Indonesia yang khas
dan berbeda dengan gaya-gaya yang lain.
Gaya Moorish
Pada
sekitar abad ke-9, kaum Muslim menguasai semenanjung Iberia di Eropa
(meliputi Spanyol dan Portugal) hingga Afrika Utara. Mereka disebut kaum
Moor oleh bangsa Eropa. Nah, mereka punya gaya arsitektur khas yang
disebut gaya Moorish. Ciri gaya arsitektur Moorish adalah adanya
lengkung tapal kuda (horse-shoe arch), yaitu bagian atas dua pilar yang menyambung dan berbentuk melengkung seperti tapal kuda.
Bangunan
bergaya Moorish menggunakan batu bata dan nggak ditutupi oleh keramik2
warna-warni kayak gaya arsitektur Persia. Nggak seperti gaya arsitektur
Islam lainnya, gaya Moorish jarang menerapkan kubah. Well, perbedaan
yang cukup mencolok dengan gaya2 arsitektur Islam lainnya ini disebabkan
karena kaum Moor di Spanyol terisolasi dari pusat peradaban Islam di
jazirah Arab. Letak keduanya yang berjauhan menyebabkan bangsa Moor
kemudian mengembangkan gaya arsitekturnya sendiri yang jauh berbeda
dengan yang ada di Arab sana.
Oya, gaya
arsitektur Moorish sering dijuluki “kecantikan dari balik cadar” atau
“beauty behind the veil”. Soalnya, dari luar bangunan bergaya Moorish
emang biasa2 aja, tapi begitu masuk…wow, interiornya benar2 mengagumkan!
Contohnya bagian dalam Alhambra ini.
Bangunan
bergaya Moorish ini tersebar di penjuru Spanyol, namun paling banyak
terdapat di Granada, Cordoba, Toledo, Zaragosa, dan Sevilla. Bahkan
ketika kaum Muslim akhirnya terpaksa angkat kaki setelah Spanyol kembali
direbut oleh kaum Katolik (“Reconquista”), gaya ini terus memengaruhi
perkembangan gaya arsitektur di Spanyol. Kaum Katolik yang berkuasa mau
tak mau harus mengakui keindahan gaya arsitektur Islami ini. Maka
berkembanglah gaya Mudejar, yaitu perpaduan gaya Moorish dengan gaya
arsitektur Kristen untuk digunakan membangun gereja2 di Spanyol.
Ciri
khas gaya Moorish dan Mudejar adalah bentuk menaranya. Jika bentuk
minaret (menara masjid) di Arab biasanya melingkar, maka menara Moorish
umumnya berbentuk persegi. Bentuk minaret ini memengaruhi bentuk menara2
gereja di Spanyol dan juga bentuk minaret di Maroko.
Gaya
Moorish ini nggak mati sampai di sini. Pada abad ke-18 muncul gaya
arsitektur Moorish Revival, yaitu dibangkitkannya gaya arsitektur khas
Islam oleh para arsitek Barat. Berikut ini contoh bangunan yang
menerapkan gaya Moorish.
Masjid Agung Cordoba (sekarang Katedral Mezquita), Cordoba
Menara Giralda (sekarang menara lonceng Katedral Sevilla), Sevilla
Alhambra di Granada
Alcazar di Seville
Gaya Ottoman
Pada
abad ke-14, kaum Muslim menguasai wilayah Romawi Timur yang kini
mencakup Turki. Gaya Byzantium ala Turki yang dahulu digunakan untuk
membangun gereja2 (contohnya Hagia Sophia) kemudian diadopsi dan
disesuaikan dengan ajaran Islam. Voila…jadilah gaya arsitektur Ottoman.
Ciri khas gaya arsitektur Ottoman adalah bentuk kubahnya berukuran
sangat besar namun tampak ringan. Bentuk kubahnya juga tidak berbentuk
umbi bawang seperti masjid2 pada umumnya, namun lebih berbentuk bulat.
Oya, bentuk minaretnya juga unik. Jika puncak minaret umumnya berkubah,
maka gaya ini menggunakan minaret dengan ujung meruncing. Berikut ini
beberapa contohnya.
Masjid Fatih (Istanbul, Turki)
Masjid Ortakoy (Istanbul, Turki)
Masjid Mohammad Ali (Kairo, Mesir)
Masjid Biru (Istanbul, Turki)
Gaya Persia
Persia (sekarang Iran) memiliki sejarah panjang sebagai “the cradle of civilization”
atau asal mula peradaban dunia. Wilayah ini dulunya dikenal sebagai
Mesopotamia sebelum akhirnya ditaklukkan oleh tentara Muslim pada abad
ke-7. Gaya arsitektur khas Persia kemudian diadopsi oleh kaum Muslim.
Pembangunan masjid bergaya Persia sudah dirintis pada masa Dinasti
Seljuk, namun kejayaan arsitektur Persia mengalami puncaknya pada akhir
abad ke-16 pada masa Dinasti Safavid. Saat itu, Raja Shah Abbas
memerintahkan dibangunnya sebuah kota Islam bernama Isfahan yang
kemudian menjadi ibu kota arsitektur Islam dunia.
Ciri khas dari gaya Persia Islam adalah kubah berbentuk umbi bawang (onion dome)
yang dilapisi oleh keramik warna-warni. Bahkan tak jarang, agar tampil
lebih mencolok, kubah-kubah ini dilapisi dengan batu permata. Maklum
lah, Iran dahulu dilewati oleh Jalur Sutra, nggak heran tajirnya minta
ampun. Portal atau pintu masuk masjid bergaya Persia juga sangat khas,
biasanya berbentuk persegi tinggi dengan lengkungan berujung lancip.
Bagian dalamnya juga dipenuhi dengan kaligrafi dan dekorasi geometris.
Contoh masjid bergaya Persia adalah sebagai berikut.
Masjid Shah (Isfahan, Iran)Masjid Sheik Luft-Allah (Isfahan)
Mausoleum Gur-E-Amir (Samarkand, Uzbekistan)
Gaya Mughal
Gaya
Mughal ada gaya arsitektur yang muncul paling terakhir dan merupakan
perpaduan gaya arsitektur Persia, Ottoman, dan India. Uniknya, gaya ini
merupakan perpaduan gaya Hindu dan Islam. Gaya arsitektur ini pertama
kali dirintis oleh Raja Akbar, penguasa dinasti Mughal di India pada
abad ke-16. Namun mahakarya arsitektur Mughal yang paling terkenal
dibangun oleh Raja Shah Jahan (1627-1658), apalagi kalau bukan Taj Mahal
yang termasuk 7 keajaiban dunia.
Secara
umum gaya arsitektur ini memang mirip gaya Persia. Hanya bedanya pada
penggunaan marmer (batu pualam) dalam jumlah besar, penggunaan satu atau
dua warna saja (gaya Persia umumnya lebih berwarna-warni), dan adanya
“cupola” yaitu kubah kecil yang hanya disangga pilar tanpa dinding. Oya
keistimewaan lain gaya Mughal adalah kesimetrisannya yang luar biasa.
Bukti adanya akulturasi agama Islam dengan Hindu-Buddha pada gaya Mughal
adalah hiasan khas berbentuk bunga teratai pada bagian puncak kubah.
Tentu kita tahu teratai adalah bunga yang dianggap suci dalam agama
Hindu dan Buddha. Ini adalah beberapa contoh masjid bergaya Mughal.
Masjid Badshahi (Delhi, India)
Masjid Jama (Delhi, India)
Mausoleum Humayun (India)
Gaya Jawa
Masjid
di Jawa memiliki gaya arsitektur lain daripada yang lain. Gaya
arsitektur masjid Jawa umumnya memiliki denah berbentuk bujur sangkar
dan beratap tumpang. Ternyata bentuk ini adalah bentuk akulturasi budaya
Islam dengan Hindu-Jawa. Denah berbentuk bujur sangkar biasa digunakan
untuk membangun candi dan bentuk atapnya yang bertumpang merupakan
simbolisme Gunung Meru yang dianggap suci oleh umat Hindu di Jawa kala
itu. Contohnya tentu saja Masjid Demak yang sangat terkenal.
Kalo
nggak salah, ada banyak filosofi dalam masjid bergaya Jawa, seperti
arti atap masjid yang bertumpang 3 atau 5, adanya gapura di depan
masjid, soko guru, dan lain-lain (sayangnya penjelasan yang kudapat dari
internet banyakan pakai istilah Islam jadi nggak ngerti). Aku jadi
berpikir, sayang ya kalo melihat banyak masjid sekarang lebih suka
mengadopsi bentuk kubah, padahal bentuk masjid tradisional Jawa
sebenarnya lebih kaya akan makna dan tak kalah dalam hal estetika.