- Back to Home »
- RADYA PUSTAKA, MUSEUM TERTUA DI INDONESIA
Posted by : Unknown
Rabu, 11 Maret 2015
RADYA PUSTAKA, MUSEUM TERTUA DI INDONESIA
Museum??? Tumben banget aku maen ke museum hehehe. Bagi sebagian besar
backpacker, mungkin museum adalah tempat terakhir yang ada dalam list
harus dikunjungi. Tapi karena museum ini ada di Solo, kayaknya malu2in
kalo aku yang orang lokal belum pernah ngunjungin museum ini. Terakhir
kali aku ke museum Radya Pustaka adalah saat aku masih SMP (itupun
karena terpaksa gara2 ada tugas sekolah). Maka sehabis dari kunjunganku
dari Keraton Mangkunegaran, akupun menyempatkan waktuku mampir di museum ini.
Museum Radya Pustaka adalah museum tertua di Indonesia. Museum ini
didirikan 28 Oktober 1890. Pendirinya adalah kerabat keraton bernama KRA
Sosrodiningrat IV. Gedung tempat museum ini berdiri dulunya adalah
sebuah gedung bernama “Loji Kadipolo” yang dibeli Sultan Paku Buwono X
dari seorang Belanda bernama Johannes Busselaar.
Tiket masuk museum ini cukup murah, hanya 2,5K IDR (halah gayanya
hehehe). Tapi kalo bawa kamera, harus sedia kocek ekstra 5K IDR. Jadi
total aku ngeluarin doku 7,5K IDR. Wah, lumayan juga ya buat kantong
backpacker kere kayak aku. Tapi yah apa boleh buat, soalnya aku
penasaran sih sama isi museum ini.
Begitu masuk, di kanan kiri kita akan melihat koleksi wayang Purwa dan
wayang Gedhog. Lalu yang unik aku juga melihat meriam kecil yang disebut
meriam lela.
Nah, di tengah ruangan kamu bisa melihat sebuah orgel atau kotak musik
yang diberikan Napoleon Bonaparte buat Raja Paku Buwana IV. Wah, nggak
nyangka raja Jawa dianggap penting saat itu sama tokoh sejarah setenar
Napoleon. Tak hanya itu lho kado dari Napoleon buat raja Jawa. Ada juga
vas bunga indah yang terbuat dari kristal pemberian Napoleon juga.
Di museum ini juga terdapat koleksi senjata kayak keris, pedang, dan
tombak. Di sini juga terdapat perpustakaan berisi dokumen-dokumen kuno.
Saat aku kesini, ada sepasang bule yang lagi mempelajari buku-buku kuno
di sini. Oya dengar2 di sini juga sering didatangi warga Solo buat minta
nasehat tentang weton atau tanggal2 baik dari para penjaga museum.
Maklum, orang Solo kan masih kejawen alias kepercayaan mistisnya masih
kuat.
Ini adalah koleksi gamelan di museum. Lumayan menghibur hati bisa liat
seperangkat gamelan lengkap, soalnya gamelan di keraton Mangkunegaran
yang baru kukunjungi ditutup kain hitam.
Koleksi lain yang menarik di sini adalah mesin ketik khusus huruf Jawa
dan sebuah mangkuk tempat air dari kulit buah yang dianggap sakti dan
bsia menawarkan racun. Ada juga koleksi topi zaman dulu. Nah, topi yang
ini kuanggap lucu. Katanya sih songkok buat bupati, tapi kok mirip2 topi
vampir cina hehehe.
Di semua koleksi museum, selalu ada tulisan “Do not touch” alias “Jangan
Dipegang”. Biar nggak gampang rusak kali ya. Tapi yang agak serem yaitu
mesin jam tua ini.
Soalnya ada tulisan ini dibawahnya.
Hiiy serem. Tau beracun ditaruh di sini. Taruh lemari kaca gitu napa?
Di sini juga ada koleksi maket atau miniatur gedung-gedung bersejarah
seperti kompleks makam Imogiri di Bantul, Yogya dan Masjid Agung Demak.
Ada pula miniatur bangunan indah ini yang ternyata miniatur tempat
supitan (khitanan) anak-anak raja.
Ini adalah miniatur Menara Sangga Buwana yang ada di Keraton Kasunanan
Solo. Menara ini dikenal sebagai bangunan tertinggi di Solo zaman dulu
(sekarang kalah ama apartemen2 dan hotel). Menara ini juga dikenal
karena kemistisannya, soalnya menara ini digunakan oleh sultan untuk
berkomunikasi dengan Nyi Roro Kidul, ratu dunia gaib yang menguasai
Pantai Selatan. Nah, untung banget lho ada miniatur ini. Soalnya tahun
1954, bangunan ini terbakar dan rekonstruksinya bergantung sepenuhnya
sama miniatur ini.
Di sini juga ada koleksi mata uang kuno dari berbagai negara.
Koleksi patung juga tak kalah bagus. Sayangnya beberapa patung dan
koleksi wayang di sini ternyata hilang gara2 ulah orang2 tak bertanggung
jawab.
Di halaman belakang museum ini ternyata juga dipajang beberapa patung.
Agak heran, soalnya apa nggak takut patung2 ini kehujanan terus rusak?
Dari beberapa patung, ada patung yang membuatku agak serem. Ini dia.
Di sini juga ada batu-batu bertuliskan huruf Cina. Dugaanku sih ini batu nisan. Hiiy jadi tambah syerem.
Kalo menurut pendapatku sih, museum ini bagus untuk menambah pengetahuan
tentang sejarah Jawa. Namun kalo dipikir2, kayaknya ngabisin duit 7,5K
IDR untuk masuk museum ini belumlah setimpal. Terkesan koleksi2 di sini
cuman “ditaruh” aja. Beberapa koleksi kayak wayang ditaruh di tempat2
yang nggak bisa dijangkau kayak di dinding bagian atas dekat langit2.
Gimana bisa ngeliat? Beberapa malah nggak ada keterangan ini barang apa,
kayak benda beroda ini. Ampe sekarang aku nggak ada “clue” ini benda
apaan (mesin jahit apa wheel of fortune?").
Coba ada guide-nya yang jelasin atau LCD layar sentuh kayak di Museum
Benteng Vredenburg Yogya, pasti seru. Aku yakin pasti ada banyak kisah
unik yang bisa diceritain dari benda2 bersejarah di sini.