Akhir tahun lalu, tepatnya bulan Desember 2013 situs Piramida Gunung Padangkedatangan tamu arkeolog dan penulis dunia untuk meneliti sejarah peradaban yang hilang di Asia. Graham Hancock secara
resmi menceritakan perjalanannya ke Indonesia, dimana dalam pengakuan
yang dipublikasi 16 Januari 2014 pada website pribadi miliknya
menyatakan Gunung Padang merupakan kunci dan saksi dari peradaban yang
hilang.
Graham Hancock adalah seorang penulis dan jurnalis Inggris yang
mengkhususkan diri dalam teori kenvensional melibatkan peradaban kuno,
monumen batu (megalit), mitos kuno dan astrologi kuno. Dia telah
menerbitkan banyak buku dan telah terjual lebih dari lima juta kopi di
seluruh dunia dan telah diterjemahkan ke dalam dua puluh tujuh bahasa.
Tetapi metode dan kesimpulannya hanya mendapatkan dukungan sedikit
dikalangan akademis, sehingga karyanya dicap sebagai Pseudoarchaeology.
Graham Hancock, Pencarian Atlantis Di Piramida Gunung Padang
Ditemani Dr Natawidjaja, Graham Hancock mengamati situs kuno yang
terletak di Jawa Barat, dikelilingi lanskap sawah dan perkebunan teh
tak jauh dari kota Bandung. Masyarakat setempat menyebut situs suci
sebagai pencerahan yang digunakan untuk meditasi sejak zaman dahulu.
Berdasarkan dugaan tanpa penanggalan radio karbon, usia situs dibangun
pada tahun 1500 hingga 2500 SM. Tetapi setelah penggalian dan
penanggalan radiokarbon pertama menunjukkan hasil berbeda, sekitar 500
sampai 1500 SM. Penggalian lebih dalam menghasilkan bukti berbeda dan
mengejutkan, dimana pada kedalaman 90 meter diperkirakan situs dibangun
tahun 20,000 hingga 22,000 SM bahkan lebih tua daripada itu.
Secara umum dalam catatan sejarah yang kita kenal, bencana besar pernah terjadi tahun 9600 SM, periode Upper Palaeolithic yang membawa manusia memasuki zaman es. Lebih tepatnya waktu itu Indonesia lebih dikenal sebagai Sundaland yang
terdiri dari serangkaian pulau yang menyatu. Tidak ada Laut Merah,
Teluk Persia, Sri Lanka menjadi satu dengan India Selatan, Siberia
bersatu dengan Alaska, Australia bergabung dengan New Guinea. Hingga
Periode itu tiba, es yang menutupi Eropa dan Amerika Utara mencair
sehingga permukaan laut yang tadinya lebih rendah 400 meter akhirnya
menutupi sebagian besar daratan diseluruh dunia hingga berbentuk benua
dan kepulauan saat ini.
Sejarah telah menganggap sebelum tahun 9600 SM nenek moyang manusia merupakan ras pemburu dan pengumpul primitif,
tetapi dari segi arsitektur mampu membangun piramida yang saat ini
belum sanggup dibuat manusia. Sekitar tahun 4000 SM peradaban meningkat
dari segi struktur ekonomi dan sosial, hal ini memungkinkan untuk
mendirikan situs megalitik awal. Kota pertama yang telah ditemukan
berkisar tahun 3500 SM di Mesopotamia dan setelah itu menyusul Mesir. Di
Inggris, juga terdapat situs-situs di Outer Hebrides dan Avebury,
Stonehenge diperkirakan sekitar tahun 2400 SM.
Sejarawan dan arkeolog mungkin telah terpengaruh dengan peradaban
legendaris yang disebut Atlantis, hal ini disebutkan Plato dalam dialog
Timias dan Critias yang menyebut peradaban awal yang mengalami
kehancuran total akibat banjir besar dan gempa bumi sekitar tahun 9600 SM. Dari penelitian situs Piramida Gunung Padang,
apa yang disebutkan Plato mungkin bukan suatu rekayasa atau hanya
sekedar syair puisi. Peradaban itu mengalami ketidakstabilan global
antara tahun 10900 dan 9600 SM akibat bencana banjir dan gempa. Inilah
zaman yang disebut Younger Dryas, penuh misteri dan gejolak iklim yang belum mampu diungkapkan arkeolog karena kurangnya bukti.
Apa yang telah dilakukan tim arkeolog pada Piramida Gunung Padang telah
mendapatkan gambaran lapisan bangunan yang menggunakan unsur megalitik
basalt Columnar. Basalt Columnar tidak terbentuk secara alami, tetapi Piramida Gunung Padang telah
menggunakannya dalam bentuk yang tidak pernah ditemukan di alam. Secara
Geofisika telah jelas bahwa Gunung Padang bukan bukit alami melainkan
Piramida buatan manusia, dan asal usul pembangunan piramida ini jauh
sebelum akhir zaman es.
Situs ini merupakan saksi besar mampu menjelaskan konstruksi canggih yang (mungkin) juga tenaga ahli yang sama telah membangun piramida Mesir dan
situs megalitik Eropa. Piramida Gunung Padang bukan satu-satunya situs
yang menimbulkan tanda tanya besar bagi arkeolog, dibelahan dunia lain
seperti Turki juga terdapat bukti yang masih digali selama dekade
terakhir. Situs itu disebut Gobekli Tepe terdiri dari serangkaian
lingkaran batu megalitik besar dengan skala Stonehenge dan memang
sengaja dikubur oleh manusia misterius yang membuatnya, kemungkinan
dibangun sekitar tahun 8000 SM. Tetapi lingkaran itu telah ada sejak
tahun 9600 SM, setidaknya terdapat dua puluh lingkaran pada skala yang
sama dan mungkin masih banyak yang terkubur. Menurut Kalus Schimidt,
kemungkinan usianya jauh lebih tua daripada yang sudah ditemukan saat
ini.
Menurut Graham Hancock, apa yang ditulisnya dalam buku Fingerprints menceritakan
sebuah peradaban maju yang dihilangkan dari sejarah dalam bencana
global pada akhir zaman es. Tetapi bukti itu belum bisa ditemukan,
dimana aspek hipotesis menjadi salah satu alasan yang dikritik banyak
arkeolog. Menurutnya, Gobleki Tepe merupakan salah satu pembuktian yang
bisa diusut lebih lanjut tentang keberadaan peradaban yang hilang.
Yang paling menarik bagi Hancock adalah Piramida Gunung Padang, sebuah
bukti yang selama ini dicari untuk membenarkan teorinya. Dia berharap
bahwa situs Gunung Padang mungkin saja"Hall of Records" Atlantis, peradaban yang hilang.