- Back to Home »
- TO COOL TO SHARE: REVIEW 12 FILM HOROR KEREN
Posted by : Unknown
Senin, 16 Maret 2015
TO COOL TO SHARE: REVIEW 12 FILM HOROR KEREN
Udah lama gue nggak menulis review film horor, maka dari itu gue langsung mereview 11 (plus 1 bonus) film sekaligus. Kalo biasanya gue terpaku ama horor2 Asia, sekarang gue lebih terbuka ama film2 horor Barat. Di sini nggak hanya ada film Korea, tapi juga film Hollywood, Cina, Filipina, hingga Australia. Yang jelas2, semuanya asyik buat dipantengin. Film-film yang akan gue review adalah Grave Encounters, Dyatlov Pass Incident, Nightmare, Sundo, Apollo 18, Lake Mungo, The Bay, Deranged, Willow Creek dan Exists, And Then There Were None, dan Predestination.
1. Grave Encounters
Film ini emang tipikal film2 horor “found footage” alias sinematografinya bergaya dokumenter, kayak “Blair Witch Project” dan “Paranormal Activity”. Film2 model begini emang dianggap kreatif dan “avant grade” pada masanya, namun gara2 kebanyakan, mungkin sekarang udah dianggap biasa ya. Namun kelebihan dari film2 model beginian adalah adanya kesan kalo ceritanya nyata (bukan fiktif) dan juga keuntungan buat produsernya, menghemat budget. Gerakan2 shaky dan kadang2 blur dari kameranya juga malah menambah kesan misteri dan seram.
Jalan ceritanya sih cukup simpel, mengisahkan kru reality show “Grave Encounters”, sebuah acara yang kalo di indonesia mungkin bisa disamain dengan “Uka Uka”. Keempat kru dan seorang paranormal palsu memutuskan untuk merekam sebuah gedung seram bekas rumah sakit jiwa untuk acara mereka. Nah, di awal acara kita bisa langsung tahu kalo mereka semua sebenarnya nggak percaya hantu dan sebagian besar memalsukan penampakan2 yang mereka rekam agar acara mereka laris. Namun di sini mereka justru kena batunya karena mereka menemukan bahwa gedung terbengkalai itu benar2 berhantu. Satu-persatu anggota kru pun mengalami pengalaman menakutkan dan lenyap satu demi satu.
Dari cerita emang nggak ada spesial, namun tetap saja, film2 model “found footage”s eperti ini bikin gue merinding, sebab kita nggak tahu apa yang bakal kita liat dalam adegan berikutnya. Banyak pula “jump scare” yang gue bilang sih brilian. Yang paling menakutkan adalah kenyataan dimana mereka terjebak tanpa satupun jalan keluar, seolah-olah mereka cuman berputar2 di dalam labirin. Sayang untuk film horor sepanjang 1,5 jam ini, gue merasa adegan2 seramnya masih kurang banyak. Selain itu endingnya pun gue rasa nggak cukup memuaskan. Gue cuman berani kasih 4 CD berdarah buat film ini. Tapi overall, film ini nggak terlalu mengecewakan buat kalian yang mencari film horor untuk mengisi waktu luang kalian.
Yang gue pelajarin dari film ini: Nggak di Indo nggak di Amrik, sinyal hape selalu ilang pada saat mendesak.
2. Dyatlov Pass Incident
Gue sebenarnya trauma ngeliat film2 horor yang membahas kisah nyata, soalnya gue udah jera gara2 liat “Chernobyl Diaries”. Traumanya bukan gara2 filmnya serem guys, tapi gara2 kecewa. C’mon guys, lokasi syuting mereka udah jauh2 di Pripiyat beneran, namun ceritanya gitu2 aja. Makanya ketika gue menemukan film yang serupa, gue sempet underestimate film ini. Film “Dyatlov Pass Incident” dan “Chernobyl Diaries” emang memiliki banyak kesamaan. Pertama, ceritanya didasarkan pada kejadian yang bener2 faktual, sinematografinya bermodel “found footage” alias direkam dengan kamera video ala dokumenter, dan sama2 berlokasi di Rusia. Namun ternyata dugaan gue meleset jauh. Film yang satu ini ternyata jauh lebih bagus ketimbang ekspetasi gue.
Buat kalian yang belum tahu apa itu Dyatlov Pass Incident, gue sebenarnya pernah membahasnya di salah satu postingan blog gue. Singkat saja, Dyatlov Pass Incident adalah tragedi yang menimpa 9 orang pendaki gunung asal Rusia di pegunungan Ural. Mereka bersembilan kemudian ditemukan tewas dalam kondisi misterius. Hingga saat ini, tak ada seorangpun tahu apa yang sebenarnya terjadi terhadap mereka dan banyak yang menyalahkan UFO dan alien sebagai penyebab kematian mereka. bisa dibilang, Dyatlov Pass Incident merupakan salah satu misteri yang belum terpecahkan sepanjang sejarah.
Film yang juga disebut “Devil’s Pass” ini (mungkin untuk menghindari melukai perasaan keluarga korban Dyatlov Pass Incident yang sebenarnya) bercerita tentang 5 orang anggota pembuat film dokumenter asal Amrik yang hendak menelusuri jejak para pendaki di Dyatlov Pass tersebut dan mencoba memecahkan misteri tentang apa yang sebenarnya terjadi pada mereka. Mereka merekam perjalanan mereka dan menemukan berbagai hal2 aneh yang nggak bisa dijelaskan dengan akal sehat. Dan yang seperti bisa kita duga, misteri itu kemudian menelan nyawa mereka satu demi satu.
Film ini unik menurut gue karena menawarkan penjelasan lain terhadap kasus Dyatlov Pass Incident (yah, walaupun penjelasannya Amerika banget. Inget guys, ini Rusia!). Dan faktor inlah yang memberikan “kejutan” bagi gue karena sejak awal gue menduga keterlibatan alien. Dan juga plot twist di endingnya, benar2 cerdas dan nggak terduga! Pokoknya nggak rugi deh kalo kalian melihat film ini, pasti kalian bakal menikmatinya. Makanya gue kasih nilai hampir sempurna, 4,5 CD berdarah!
Yang gue pelajarin di film ini: yup, semua orang di Rusia ternyata lancar berbahasa Inggris (tanpa aksen)
3. Nightmare
Pertama2, gue mau membahas keheranan gue, mengapa dari semua negara yang ada di Asia, gue jarang banget denger film horor Tiongkok yang booming. Kenapa mereka bisa kalah jauh sama negara2 tetangga mereka seperti Jepang, Korea, bahkan Thailand? Film horor Tiongkok terakhir yang gue liat adalah “The Eye”, dan kalo dipikir2, sebenarnya itu film Taiwan, bukan film dari dataran Tiongkok beneran.
Selidik punya selidik, ternyata Tiongkok yang masih memeluk paham komunis (walaupun tahun2 terakhir ini mulai terbuka) ternyata menerapkan sensor yang amat ketat pada dunia perfilmannya, termasuk film horor. Film2 horor yang bertema klenik (hantu dll) ternyata dilarang untuk didistribusikan di sana, sehingga para sineas film horo mau tak mau harus lebih kreatif untuk menghindari sensor. Film ini buktinya. Ketimbang menyajikan jump2 scare kayak setan yang tiba2 nongol kayak film2 horor Asia lain, film ini lebih menggali materi2 horor thriller psikologis dan bercampur dengan tema detektif.
“Nightmare” bercerita tentang Dong Xi seorang cowok pebisnis muda yang menderita insomnia dan suatu malam tanpa sengaja menyaksikan kematian seorang gadis yang menjadi tetangganya. Namun saat ia menyelidikinya bersama penjaga keamanan apartemennya, mereka tak menemukan mayat gadis itu. Bahkan kamar yang dihuni gadis itu ternyata kosong dan bertahun2 tak dihuni. Dong Xi bersama kekasihnya mencoba memecahkan misteri dan satu2nya jalan adalah menguak misteri pembunuhan lain yang pernah menghantui masa lalunya.
Film ini bisa dibilang biasa2 aja di bagian depannya, namun beranjak ke belakang, ceritanya semakin seru. Klimaksnya adalah di bagian akhir, dimana akan terungkap kenyataan2 yang tak terduga dan benar2 bikin gue nganga. Di sini, sama seperti film2 misteri pembunuhan lainnya, kita bakalan diajak menebak-nebak siapakah “the real culprit” atau pembunuh yang sebenarnya. Gue sih sebenarnya bisa nebak siapa pelakunya, namun tetap saja, sama sekali nggak pernah terlintas sedikitpun di benak gue bahwa endingnya bakal kayak gini. Jujur, bagi penggemar film misteri dengan plot twist seperti ini, film ini cukup memukau gue. Gue kasih nilai 4 CD berdarah dari total 3,5 CD berdarah buat film ini.
Yang gue pelajarin dari film ini: Nyeburin baterai ke sungai bisa menyebabkan orang yang masuk ke sungai langsung mati kesetrum
4. Sundo
Kita emang nggak boleh memandang film2 horor Filipina guys. Walaupun jarang ada yang booming, tapi kualitasnya nggak kalah dengan negara2 lainnya. Film horor Filipina terakhir yang gue liat adalah “The Road” yang sama sekali nggak mengecewakan. Nah, kali ini gue akan membahas film “Sundo” yang sebenarnya sih remake “Final Destination”. Namun yang membuat film ini pantas direview adalah film ini nggak cuman plagiat aja, melainkan memasukkan unsur2 yang “Filipina” banget di sini.
Pada bagian awal film, kita disuguhkan narasi yang menceritakan kepercayaan lokal Filipina tentang sundo atau “arwah penjemput”, yakni jika kita akan meninggal, maka kita akan dijemput arwah orang yang kita cintai yang terlebih dahulu meninggal. Cerita kemudian berlanjut ke Romano, seorang mantan tentara yang memiliki indra ke-6 dan keluarganya yang akan pergi ke Manila. Di tengah jalan, Romano bermimpi bahwa mereka akan mengalami kecelakaan. Mimpi itu hampir saja mejadi nyata jika saja Romano tidak segera menyelamatkan mereka. Namun karena takdir mereka memang seharusnya mati pada saat itu, kematian misterius pun mulai merenggut nyawa mereka satu demi satu.
Ceritanya emang tipikal franchise “Final Destination” banget kan, namun sabar aja deh. Selain adegan2 kematiannya nggak mengecewakan (walaupun nggak sesadis Final Destination yang asli), endingnya juga keren banget. Twist endingnya .... puoool! Gue jadi tertarik nih mendalami film2 horor Filipina gara2 film ini. Gue bakal ngasih 4 CD berdarah dari total 5 CD berdarah.
Hal yang gue pelajarin dari film ini: pasar di Filipina ternyata sama aja kayak pasar di Indonesia
5. Apollo 18
Gue emang demen banget yang film horor yang bertema “found footage” . Nah, film found footage kali ini kreatif sebab setting lokasinya nggak biasa banget, yakni di Bulan! Pesawat ulang alik terakhir yang mendarat di Bulan adalah Apollo 17 dan setelah itu NASA tak lagi melakukan misi pendaratan manusia ke Bulan. Nah, film ini mencoba menyorot sebabnya dengan sudut pandang Hollywood tentunya.
Film ini menceritakan sebuah misi rahasia peluncuran pesawat Apollo 18 ke Bulan. Bahkan saking rahasianya, para astronotnya pun dilarang untuk menceritakan misi tersebut ke keluarga mereka sendiri. Misi Apollo 18 yang beranggotakan 3 astronot ini awalnya lancar, hingga mereka mulai menemukan hal2 aneh. Hal2 simpel yang mungkin biasa aja kalo terjadi di Bumi jadi terasa banget horornya kalo terjadi di Bulan. Bayangin aja ketika kalian lagi berada di Bulan yang seharusnya nggak ada kehidupan sama sekali dan bendera Amerika yang ditancapin di depan pesawat tiba2 lenyap! Kalo di Bumi pasti langsung maling jemuran yang jadi tersangka utama. Tapi kalian lagi ada di Bulan siapa yang mau dituduh???
Film ini keren banget menurut gue karena sangat original. Nggak usah dengan jalan cerita horor pun, shot footage yang item putih dengan latar belakang langit Bulan yang gelap gulita cukup menciutkan nyali. Adegan yang paling gue suka yakni adegan ini saat salah satu astronotnya meluncur ke dasar sebuah kawah dan menyorot temannya yang berada di permukaan atas. Terasa banget khan ke-eerie-annya.
Singkat kata, gue berani kasih film ini nilai hampir sempurna yakni 4,5 CD berdarah. Selain konsepnya yang fresh dan berani beda, film ini membuktikan bahwa film fiksi ilmiah dengan setting luar angkasa ternyata bisa dibuat dengan teknik sederhana yang nggak perlu mahal. Film ini malah bikin gue curiga ama teori konspirasi kalo rekaman pendaratan manusia ke Bulan sebenarnya bikinan Hollywood untuk memenangkan Perang Dingin .... hmmmmm.
Yang gue pelajarin dari film ini: ada wifi di bulan, soalnya walaupun semua kru mati, foto dan video mereka bisa balik lagi ke Bumi.
6. Lake Mungo
Gue belum pernah menonton film horor Australia sebelumnya, jadi pas gue mendengar ada film horor asli negeri kanguru yang mendapat peringkat tinggi di Rotten Tomatoes, gue langsung excited. Film “Lake Mungo” bergenre found footage, namun lebih ke arah gaya film mockumentary (mirip film dokumenter). Gue lebih suka gaya ini, soalnya kamera lebih “steady”, nggak “shaky” kayak film found footage amatir. Jadi nonton film ini nggak bakal bikin kita puyeng karena sakit kepala.
Film ini menceritakan sebuah keluarga yang berduka akibat meninggalnya Alice, putri mereka yang masih berusia 16 tahun. Sepeninggal gadis itu, keluarga tersebut mengaku mulai mendapat penampakan2 misterius di rumah mereka. Setelah mengalami beberapa plot twist yang nggak terduga, penyelidikan mereka akhirnya berujung ke sebuah handphone sang gadis yang ditemukan di Danau Mungo. Ternyata kunci kematian sang gadis berada pada rekaman video handphone tersebut yang berisi sebuah kenyataan yang sangat menakutkan dan disturbing.
Film ini bukan tipikal film horor penuh jump scare yang membuat kita jerit2 ketakutan kayak “Insidious”. Sebaliknya, film ini bisa dibilang dipenuhi “pic riddle” kayak di blog gue, jadi kalian bakal disuguhi foto atau potongan rekaman video dan kalian harus melihat dengan saksama bagian yang menyeramkan dari gambar2 yang keliatan “innocent” itu. Belum lagi pas bagian yang serem itu di-zoom ampe blur dan pixelnya pecah2. Hufh ... disturbing banget! Yang bisa gue sarankan buat kalian, jangan liat film ini malam hari, soalnya bakalan bener2 bikin kalian merinding dan dijamin tidur kalian nggak bakal nyenyak.
Berapa CD berdarah yang gue kasih untuk film ini? Nggak tanggung2 gue kasih nilai sempurna alias 5 CD berdarah untuk film. Keren khan? Soalnya sedikit film yang gue tahu bisa membuat takut para pemirsanya hingga ke post creditnya sekalipun.
Adegan paling serem: adegan waktu keluarga Alice melihat video yang tersimpan di handphone Alice gue rasa cukup creepy. Tapi yang paling bikin gue merinding jelas post creditnya ..... awwww fak!!!!
7. The Bay
Kalian pasti pernah dengar istilah “horror psikologis” tapi “horor ekologis? Yap, itulah genre yang dianut oleh film bertema found footage ini. “The Bay” menceritakan liputan pesta perayaan kemerdekaan Amrik yang berakhir dengan insiden biologis yang menewaskan ratusan orang. Kegembiraan para penduduk berubah menjadi kengerian ketika mereka mulai menderita penyakit aneh yang ternyata disebabkan isopoda pemakan lidah (pernah gue bahas di salah satu postingan gue tentang 10 parasit).
Singkat kata gue berani kasih nilai sempurna 5 CD berdarah buat film gue. Pertama, walaupun gaya penyampaiannya pas2an, namun terbukti efektif dalam menyampaikan pesan moralnya: bak efek bumerang, jika kita merusak alam, maka kita sendiri yang akan menanggung akibatnya. Kedua, film ini juga membuktikan kalo nggak perlu efek spesial canggih untuk menakuti pemirsanya. Ada adegan yang gue suka banget pas dua orang polisi mendatangi sebuah rumah yang terinfeksi. Kamera cuman menyorot bagian depan rumah itu dan segala kehororan yang terjadi di dalamnya diungkapkan dengan percakapan yang terdengar dari luar rumah. Namun itu udah lumayan untuk membuat merinding. Percakapan juga dirancang untuk memberi suasana “unsettling”, kayak pas si wartawati menyorot sebuah keluarga di awal film dan mengatakan bahwa nantinya tak akan di antara mereka yang selamat. Ketiga, film ini lebih nyaman untuk dilihat ketimbang film bergenre found footage lainnya sebab ada narasi yang mengimbangi cerita sedari awal. Walau mungkin ada sedikit kebingungan bagi pemirsa pas flashback nasib para peneliti yang pada awal film diceritakan sudah meninggal.
Singkat kata, gue kasih nilai sempurna 5 CD berdarah buat film ini karena gue puas banget. Bahkan gue nontonnya ampe beberapa kali lho guys gara2 sesuai banget ama selera gue dan nggak bosen2 buat ditonton kembali.
Adegan paling seram: Adegan saat operasi amputasi, gue langsung “Really? Gambar itu harus di-shoot?”
Yang gue pelajarin dari film ini: situs website paling ilmiah dan reliable yang akan dicek oleh para dokter dan ilmuwan yang berada di sebuah badan kesehatan resmi pemerintah saat mencari tahu informasi mengenai parasit berbahaya: wikipedia
8. Deranged
Akhirnya .... film Korea! Yeeeey! Ini adalah film Korea bertema monster kedua yang gue liat setelah “Section 9”. Ceritanya tentang serangan cacing parasit bernama yeon-gasi yang menyebabkan manusia mengalami dehidrasi parah. Ujung2nya korban akan nekad menceburkan diri ke dalam sungai atau sumber air terdekat hingga mati tenggelam. Parasit ini beneran ada lho (silakan cek di wikipedia) tapi hanya menyerang serangga. Tokoh utamanya adalah seorang mantan profesor biokimia bernama Jae-Hyuk yang marah pada adiknya (diperankan Kim Dongwan dari boyband Shinhwa) karena menyebabkan semua uang tabungannya hilang di pasar saham sehingga ia terpaksa bekerja sebagai sales farmasi. Jae-Hyuk melampiaskan semua kemarahannya pada istri dan kedua anaknya, namun ia langsung dirundung penyesalan begitu keluarganya terinfeksi oleh parasit tersebut. Kini Jae-Hyuk terpaksa bekerja sama dengan adiknya untuk menyelamatkan keluarganya. Namun musuh sebenarnya yang akan dihadapi para tokoh utamanya bukanlah parasit mematikan tersebut, melainkan korporasi farmasi yang hendak memperoleh keuntungan dari semua musibah tersebut.
Film Deranged ini awalnya membosankan pada 15 menit pertama. Namun begitu wabah parasit itu ditemukan dan menyebar, ritme film ini langsung bergerak cepat, membuat film ini terasa sangat seru. Apalagi wabah parasit ini bisa dibilang menyerupai wabah zombie, sebab kekacauan terjadi dimana2 ketika para korbannya tak bisa mengendalikan diri mereka untuk menenggelamkan diri mereka ke dalam air.
Di sini gue sengaja nggak ngasi nilai berupa CD berdarah soalnya gue aslinya belom kelar liat film ini hehehe. Kalo ada link film full version-nya kasi tau gue dong???
Yang gue pelajarin dari film ini: ketika terjadi wabah dimana para korbannya akan menenggelamkan dirinya ke sungai, maka langkah preventif yang dilakukan pemerintah adalah memasang pembatas di tepi sungai yang terbuat dari ..... tali plastik.
9. Willow Creek dan Exist
Bukan tanpa alasan gue mereview dua film sekaligus, sebab kedua film ini bergenre sama yakni “Found footage” dan temanya pun sama, yakni pencarian bigfoot. Bigfoot ama makhluk2 cryptozoologi lainnya di Indonesia sendiri mungkin kurang terkenal ya (soalnya setan lokal lebih serem). Tapi di Amrik sana, bigfoot merupakan legenda misterius yang hingga saat ini belum terpecahkan, terutama karena video Patterson – Gimlin sebuah video penampakan bigfoot yang menurut para ahli merupakan video otentik tanpa rekayasa.
Kedua film ini ceritanya hampir mirip. “Willow Creek” menceritakan sepasang kekasih yang berkelana ke Willow Creek, sebuah daerah pegunungan yang diduga menjadi tempat bersemayamnya bigfoot untuk membuat film dokumenter. Sementara “Exists” menceritakan 5 orang sahabat yang berlibur di sebuah kabin di tengah gunung dan bertemu sosok bigfoot, yang bukan tanpa alasan, mengejar dan membunuh mereka satu demi satu.
Walaupun memiliki tema sama, namun kedua film ini menggunakan pendekatan berbeda dalam menyajikan sosok bigfoot. “Willow Creek” sangat pelit dalam menampakkan sosok bigfoot (cuman dengan suaranya aja, yang menurut gue udah bikin ngeri setengah mati), sedangkan “Exists” justru menampilkan sosok bigfoot secara full frontal, bahkan sejak awal. “Willow Creek” hampir 3/4 bagiannya di awal digunakan untuk pengenalan karakter, baru 1/4 bagian di ending baru kerasa horornya. Namun “Exists” justru sebaliknya, nggak perlu pengenalan tokoh sama sekali, langsung aja para tokohnya satu demi satu pada mati diburu bigfoot.
Mana yang gue suka? Well, semuanya memiliki kelebihan dan kekurangan. “Willow Creek” emang agak membosankan awalnya, namun saat “revelation” atau pengungkapan di bagian endingnya gue rasa nggak bakal ketebak oleh siapapun. “Exists” seru dari awal, tapi gue justru mikir, kok endingnya cuman gini? Secara keseluruhan, kedua film ini gue kasih nilai yang sama, yakni 3,5 CD bigfoot berdarah (bigfoot pake CD kagak ya?).
10. And Then There Were None
Gue sempat terkesima setelah menyaksikan film “Cabinet of Dr. Caligari”, sebuah film buatan tahun 1928 dan merupakan film horor pertama dalam sejarah dunia. Filmnya masih hitam putih, bisu, dan nggak terlalu nyeremin (walau menjadi salah satu film pertama dalam sejarah yang punya plot twist di endingnya). Karena itu gue tertarik mereview film hitam putih lainnya. Salah satu film kuno yang gue tonton adalah “And Then There Were None” buatan tahun 1945 yang merupakan adaptasi novel karangan Agatha Christie berjudul “Sepuluh Anak Negro”. Pecinta novel detektif pasti sudah tak asing lagi dengan nama Agatha Christie. Novel “Sepuluh Anak Negro” dikenal sebagai novelnya yang paling sukses dan legendaris.
Jalan cerita “And Then There Were None” dianggap sangat original pada masanya dan menginspirasi tak terhitung banyaknya film2 horor masa kini. Dikisahkan 10 orang yang tak saling mengenal diundang secara misterius ke sebuah pulau terpencil. Di sana terkuak bahwa kesepuluh tamu tersebut memliki masa lalu kelam, yakni kesemuanya pernah membunuh seseorang namun lolos dari pembunuhan tersebut. Satu demi satu tamu terbunuh secara berurutan dan para tamu yang tersisa kemudian mengambil kesimpulan yang mengejutkan: pembunuhnya adalah salah satu dari mereka!
Film ini mengikuti pola cerita “whodunnit” klasik dimana identitas sang pelaku adalah seseorang yang sama sekali tak pernah diduga sebelumnya. Walaupun masih hitam putih, tapi gue bisa menikmati jalan ceritanya dengan baik. Sayang sekali, gue udah duluan baca novelnya sehingga pas identitas sang pelaku yang sebenarnya terungkap di akhir cerita, gue sama sekali nggak kaget. Tapi tetep saja, buat yang belum pernah membaca novelnya pasti akan merasa tercengang. Ending film ini juga sangat berbeda dengan ending novel aslinya. Tapi gue lebih suka ending di novelnya, yang lebih kelam dan “gritty” (akhir di versi filmnya terlalu happy ending), karena itu gue kasi nilai 4,5 CD berdarah aja.